Kamis, 09 April 2009

Ada apa dengan Provinsi Tapanuli (PROTAP)??

Provinsi Sumatra Utara adalah satu-satunya provinsi di Sumatra yang “sibuk” untuk mengklaim ciri-cirinya. Jika Nangroe Aceh Darussalam berciri Aceh dan Sumatra Barat adalah Minangkabau serta Riau adalah Melayu Riau. Maka Sumut agak kompleks dan rumit,pasalnya ini sebuah provinsi yang sangat luas dan merangkumi banyak puak/suku bangsa.
Di pantai timur sepanjang Selat Melaka merupakan konsentrasi puak Melayu, lalu di pantai barat bermastautin puak Melayu Pesisir. Juga Orang Nias di pulau Nias. Di dataran Tapanuli, melingkari Danau Toba merupakan negeri-negeri bagi 6 suku rumpun Batak (Toba, Simalungun, Karo, Dairi-pakpak, Angkola dan Mandailing).

Ada 8 etnis yang semuanya mempunyai ciri-ciri khusus yang ingin ditonjolkan sebagai warna ‘Sumatra Utara’ !!!

Sudah begitu, orang Nias , Mandailing , batak Toba asal keluar Sumut (merantau ke Jakarta atau daerah lain) asalkan ditanyai orang “Asli mana bang ?” pasti dia jawab “Ooh anu…kita dari Medan

Bah!!!…memanglah Medan itu ibukota Sumut,…Tapi dari Tapanuli ya (bilang asal) Tapanuli, jangan dibilang dari Medan,kesannya semua orang Sumut itu asli Medan. Akibat setiap orang Batak yang merantau ke Jakarta mengaku sebagai ‘Orang Medan’ maka jamak jadinya orang menganggap bahwa Medan=Batak. Padahal Medan kan sebenarnya tanah orang Melayu (Deli). Mungkin hal-hal sepele seperti ini yang jadi pemikiran orang Batak untuk berhenti menumpang nama ke Medan. Yaitu dengan mewujudkan sebuah provinsi raya yang kelak akan menghimpun puak2 rumpun Batak yang 6 itu dalam satu provinsi tersendiri, lepas dari Medan-nya orang Deli.

Kalo balik ke sejarahnya, provinsi Sumut ini memang terbentuk dari penggabungan 3 residensi (warisan bentukan Belanda) yaitu Residensi Aceh (pusatnya Kuta Raja/Banda Aceh kini), Residensi Tapanuli (berpusat di Tarutung) dan Residensi Sumatra Timur (pusatnya di Medan). Jadi bukan hal aneh kalo nantinya Sumut akan terpecah-pecah lagi sebagaimana aslinya dulu.

Sudah rahasia umum bahwa sebenarnya puak Batak itu sendiri juga heterogen. Susah menyatu. Rumpun selatan (Mandailing & Angkola) yang mayoritas Muslim kuat (pengaruh islam Minangkabau) bakalan susah menyatu dengan rekan2nya dari rumpun utara (Toba/Karo/Simalungun) yang memang beradat sangat kuat dengan warna Kristiannya (Nasrani). Selama ini perimbangan agama di Sumut adalah sekitar 60:40 (Muslim : Nasrani) dimana puak Mandailing, Angkola dan Melayu (ditambah perantau2 Jawa, Minang dan Aceh) adalah pemeluk Islam sedangkan Batak Toba, Simalungun, Karo dan Nias adalah mayoritas Kristen. Nah jika provinsi Tapanuli terbentuk maka perimbangan agama di provinsi baru ini mungkin akan menjadi terbalik 40:60 (Muslim : Nasrani). Sebagai gantinya, Provinsi Sumut yang sudah dikurangi wilayah Tapanuli akan menjadi sebuah provinsi mayoritas Islam (dengan perbandingan 90:10). Meski demikian sejarah telah menunjukkan bahwa harmoni antara pemeluk agama maupun antar-suku/puak di wilayah provinsi ini sangatlah kuat. Tak pernah terjadi rusuh masalah suku, agama, ras maupun antar golongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar